Pengembangan karyawan memang merupakan sesuatu yang perlu dilakukan secara kontinu agar karyawan mampu mengembangkan kompetensi dan kinerja lebih baik dari waktu ke waktu, sehingga dapat berkontribusi dengan optimal di perusahaan.
Salah satu bentuk pengembangan karyawan yang dilakukan oleh perusahaan adalah Coaching. Apa yang dimaksud dengan coaching dan apa saja manfaat menyelenggarakan program ini? Mari simak ulasan berikut ini!
Apa yang Dimaksud dengan Coaching?
Menurut Harvard Business Review, coaching memberikan kesempatan untuk bertindak sebagai fasilitas untuk mengkomunikasikan kinerja secara dua arah. Coaching dalam lingkungan bisnis adalah metode pelatihan dimana individu yang lebih berpengalaman atau terampil memberikan saran dan bimbingan kepada karyawan yang dimaksudkan untuk membantu mengembangkan keterampilan, kinerja, dan karier individu.
Kata kunci dalam coaching adalah siapa yang menetapkan goal yang ingin dicapai. Dalam hal ini, bukan coach yang menentukan goal, tetapi orang yang dibina (coachee). Jadi, coaching yang dimaksud disini bukanlah cara untuk mengajari apalagi memberikan instruksi.
Coaching biasanya melatih seseorang untuk mampu menghasilkan performa yang lebih baik, menjadi pemimpin bagi diri sendiri, menjadi manusia pembelajar, menyesuaikan dengan kondisi sekarang untuk terus berkembang dan tumbuh, serta mengaktualisasikan ide dan pemikirannya, sehingga orang tersebut bisa mengandalkan diri sendiri untuk menghasilkan keputusan dan tindakan yang “lebih” baik lagi.
Coaching dibedakan dari kompetensi SDM yang serupa dengan pendampingan dan konseling (sebagai langkah dalam sistem disiplin progresif). Namun coaching bukanlah training yang umumnya berbentuk kelas. Coaching bukan mentoring, bukan pula terapi atau konseling. Coaching lebih menjurus kepada memfasilitasi melalui bertanya, memberikan feedback dan berperan sebagai ahli
Manfaat yang Bisa Didapat dengan Proses Coaching
-
Memperbaiki Retensi Karyawan
Bagi banyak karyawan, penting untuk mengelilingi diri mereka dengan orang-orang yang ingin melihat mereka berkembang. Menyediakan coach dapat secara signifikan meningkatkan tingkat retensi.
Penelitian dari Deloitte menunjukkan Milenial yang memiliki coach dua kali lebih mungkin untuk tinggal di perusahaan mereka selama lebih dari lima tahun. Penelitian dari majalah Training juga menegaskan bahwa tingkat retensi meningkat secara signifikan ketika manajer telah menjadwalkan sesi coaching dengan tim mereka dan secara konsisten mengajukan pertanyaan.
-
Memperbaiki Performa Kerja
Apakah sahabat HRDEH memiliki karyawan yang tampak luar biasa di atas kertas dan lulus wawancara dengan baik, tetapi tidak berkinerja ke level yang sahabat harapkan?
Jika demikian, coaching mungkin menjadi jawaban untuk membuka bakat mereka dan mengisi kesenjangan dalam kinerja. Penelitian menunjukkan bahwa tingkat kinerja rata-rata meningkat sebesar 17% pada karyawan yang menerima coaching eksekutif khusus.
-
Membentuk Komunikasi Positif Di Dalam Organisasi
Mengadopsi gaya percakapan coaching di tempat kerja sahabat mendorong komunikasi positif antara semua anggota organisasi sahabat. Baik itu berdiskusi jujur tentang masalah apa pun di tempat kerja, atau menyuarakan ide ambisius kepada anggota lainnya, coaching memudahkan karyawan untuk berbicara dan menangani masalah secara langsung.
Coaching dapat menjadi proses yang berharga bagi para pemimpin untuk mengidentifikasi area untuk perbaikan dan mengambil tindakan positif hari ini untuk menghindari masalah yang semakin membesar.
Percakapan dua arah yang jujur memungkinkan sahabat untuk menunjukkan dengan tepat masalah pelanggan/klien, serta mengekspresikan ide sahabat sendiri untuk meningkatkan hubungan profesional sahabat.
Bagaimana Proses Kerja Coaching?
Brenda Corbett dan Justin Kennedy, Ph.D., menulis bahwa coaching dapat mengubah otak. Karena cara berpikir klien cenderung sama ketika proses coaching, ia akan memilih perilaku dan melakukan praktik baru. Maka jaringan saraf baru terbentuk, lanskap otak berubah, dan praktik yang dulu sulit dilakukan akan menjadi kebiasaan yang mudah.
Kristin Constable, Forbes Councils Member, mengatakan ada empat tahap dalam proses kerja coaching, yaitu:
-
Awareness
Coaching menantang cara berpikir seseorang, sehingga ia dapat mempertanyakan cara menjadi sadar dan tidak sadar dan berinteraksi dengan dunia tanpa ego.
-
Clarity
Melalui coaching, individu dapat menyebutkan dan mendefinisikan masalah nyata secara berfokus pada satu bagian pada satu waktu serta memisahkan fakta dari perasaan.
-
Choice
Coaching memungkinkan seseorang untuk membatasi keyakinan dan mengeksplorasi kemungkinan untuk berubah. Karena coach menciptakan koneksi saraf baru yang mempromosikan cara berpikir dan berperilaku baru.
-
Action
Seseorang dapat dapat berkomitmen pada rencana atau latihan untuk memperbaiki cara berpikir dan berperilakunya. Hal itu mendukung cara hidup yang ia inginkan.
Namun hati-hati, tak sedikit cara berpikir peserta yang melompat ke Action. Ia melewati Awareness, Clarity, dan/atau Choice. Oleh karena itu, sebelum memulai coaching, Sahabat HRDEH perlu menentukan tujuan coaching, memilih coach, dan tipe coaching yang sesuai kebutuhan organisasi.
Tipe-tipe Coaching
Berdasarkan laman Positive Psychology, terdapat beberapa tipe coaching yang kerap dijumpai, yaitu sebagai berikut:
-
Executive coaching
Executive coaching adalah hubungan membantu antara coach dan klien dengan wewenang dan tanggung jawab manajerial dalam suatu organisasi (Kilburg, 1996). Executive coaching terjadi karena berbagai alasan, termasuk integrasi ke dalam peran baru, masalah kinerja, atau konsultasi tentang strategi.
-
Team coaching
Team coaching adalah keterlibatan coaching dengan seluruh tim, untuk membantu anggota tim mengoordinasikan upaya dan menggunakan sumber daya mereka secara lebih efektif (Traylor, Stahr, & Salas, 2020). Team coaching sering terjadi secara internal dengan pemimpin tim.
-
Directive coaching
Directive coaching adalah, ketika seorang manajer dengan pengalaman bertahun-tahun memberi tahu karyawan yang lebih muda apa yang harus dilakukan.
-
Laissez-faire
Laissez-faire coaching melibatkan meninggalkan karyawan untuk melakukan pekerjaan mereka. Gaya ini cocok ketika anggota tim sangat efektif.
-
Non-directive coaching
Non-directive coaching menarik kebijaksanaan, wawasan, dan kreativitas dari orang lain melalui mendengarkan, bertanya, dan penilaian. Hal ini tidak datang dengan mudah bagi sebagian besar manajer.
-
Situational coaching
Situational coaching melibatkan penyeimbangan directive coaching dan non-directive coaching. Penulis merekomendasikan agar manajer terlebih dahulu mempraktikkan pembinaan non-direktif dan kemudian bergantian dengan coaching directive tergantung pada konteksnya.
Simpulan
Coaching merupakan salah satu bentuk pelatihan yang berfokus pada penetapan dan pelaksanaan tujuan oleh perusahaan sendiri. Coaching pun berbeda dengan mentoring, consulting dan training yang masing-masingnya memiliki fokus yang berbeda.
Kemudian dalam memutuskan untuk melakukan program coaching, Sahabat HRDEH perlu peka melihat keadaan perusahaan sehingga dapat menentukan program coaching apa yang cocok sehingga memberikan manfaat baik bagi perusahaan.
Source :